بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu'alaikum warahmatùllahí wabarakatùh
Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim..
Selawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,
Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina
Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.
Syukur Alhamdullilah
Allah SWT masih memberi peluang untuk menikmati hidup di dunia ini.
Masih dapat menikmati bulan Rejab dan seterusnya bulan Syaaban
dan bulan yang dinanti-nantikan iaitu bulan Ramadhan
InsyaAllah...
Kemuliaan Bulan Rejab
Bulan Rejab merupakan bulan kemuliaan dan penghormatan.
Bulan yang sangat tepat untuk memperbanyakkan ibadah dan istighfar sebelum memasuki
bulan Sya'ban dan persiapan dalam menyambut Ramadhan.
Ibarat menanam tanaman, Rejab adalah bulan kita menanam
benih-benihnya,
Sya'ban kita menyirami dan memupuknya,
sedang Ramadhan kita menuai hasilnya.
Itulah keterkaitan tiga bulan tersebut.
Demikianlah apa yang dikatakan oleh Al imam Abu Bakar Al Warraq Al Balkhi.
Beliau juga berkata,"Perumpamaan Rejab seperti angina,
Sya'ban seperti awan (mendung)nya dan Ramadhan ibarat hujannya".
Rejab tergolong salah satu dari Al Asyhurul Hurum,
bulan-bulan penuh kehormatan dan kemuliaan,
yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.
Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Diantara kemuliaan yang ada di dalam bulan Rejab, adalah
terkabulkannya doa-doa hamba di dalamnya, terutama pada malam pertamanya,
sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda (yang ertinya):
" Lima malam, tidak akan ditolak doa-doa di dalamnya : awal
malam bulan Rajab, malam nisfu Sya'ban, malam Jumat, Malam 'Idul Fithri dan
malam an Nahr ('Idul Adha)".
(HR. Ibnu 'Asakir)
Rejab adalah bulan Allah Swt yang dituangkan di dalamnya rahmat
kepada hamba-hamba-Nya.
Rasulullah Saw bersabda (yang ertinya):
"Rejab bulan Allah, Sya'ban bulanku dan Ramadhan bulan
umatku"
(Hadits Mursal dari Al Hasan Al Bashri)
Dengan berdasarkan hadits diatas, maka sebagian Ulama' menyebutkan
bahwa Rejab adalah bulan istighfar
dan taubat kepada Allah sesuai dengan istilah 'Rejab Bulan Allah'.
Sebagai hamba Allah, hendaknya di bulan Allah ini
kita banyak bertaubat kepada-nya,
kembali kepada-Nya dan meminta maaf sepenuh hati ke hadirat Ilahi,
agar benar-benar diampuni dan didekatkan kepada-Nya.
Sedangkan Sya'ban sebagai bulan Nabi Muhammad SAW,
maka sepantasnya dan layak untuk kita memperbanyak selawat dan salam kepada beliau di bulan itu.
Adapun Ramadhan seperti kita ketahui adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al Quran,
maka hendaknya seorang hamba mengisi waktunya selama Ramadhan
dengan banyak membaca Al-Quran disamping ibadah-ibadah yang lain.
Dalam kitab An Nafahat An Nuraniyyah, Syeikh Yusuf Khatthar
menyebutkan bahwa bulan memiliki 14 nama,
dan banyaknya nama tersebut cukuplah menunjukkan kemuliaan dan kehormatannya.
Nama-nama tersebut adalah :
Rajab,Syahrullah (Bulan Allah), Rajab Mudhar, Munshilul Asinnah, Al Ashom,
Al Ashob,Munaffis, Muthahhir, Ma'alla, Muqim, Harim,muqasyqisy, Mubarri' dan Fard.
Selain istighfar,ibadah yang dianjurkan dilakukan di bulan Rejab
adalah berpuasa,
sekalipun tidak ada hadits khusus yang menyebutkan
tentang keutamaan puasa di bulan Rejab ini secara khusus.
Tetapi sudah termasuk dalam keumuman sunnahnya berpuasa pada Al Asyhurul Hurum,
sebab Rejab termasuk Al Asyhurul Hurum.
Diriwayatkan dari 'Urwah dia bertanya kepada Abdullah bin Umar,
"Apakah Rasulullah SAW berpuasa di bulan Rajab?",
Ibnu Umar menjawab,"Benar dan beliau saw memuliakannya"
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Paling sedikit puasa di bulan REjab satu hari, yakni di hari
pertama.
Puasa dalam bulan REjab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia lainnya,
hukumnya sunnah.
Diriwayatkan dari Mujibah Al-Bahiliyah dari ayahnya ,
Rasulullah Bersabda,(yang Ertinya):
“Berpuasalah kalian pada bulan-bulan haram atau tinggalkan (puasa).”
(HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Sedangkan kita sudah mengetahui bahwa Rejab termasuk bulan-bulan haram (Al Asyhurul Hurum).
Maka hadits tersebut diatas secara umum juga menunjukkan kesunnahan puasa di bulan Rejab.
Diriwayatkan pula dari Abu Qilabah, seorang pembesar Tabi’in, beliau berkata,
“Di surga terdapat sebuat istana yang diperuntukkan bagi orang-orang yang puasa di bulan Rejab”.
Perihal Abu Qilabah, Imam Baihaqi berkata,
“Beliau adalah pembesar Tabi’in, tidaklah beliau menyampaikan
sesuatu kecuali karena mendengar generasi diatasnya (para sahabat)”.
Maka dari itu tersebutlah beberapa ulama salaf yang melakukan puasa Rejab sebulan penuh
seperti Imam Abdullah bin Umar,Hasan Al Bashri, Abu Ishaq As Sabi’iy dan lainnya.
Lain lagi dengan Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Sa’id Al
Anshori beliau tidak menyukai berpuasa sebulan penuh dalam Rejab
karena ada keterangan dari sahabat Abdullah bin Abbas
bahwa beliau tidak senang jika Rajab dipakai puasa sebulan penuh.
Oleh karenanya untuk menghindari hal tersebut, kata Imam Ahmad bin Hambal :
“Hendaknya seseorang tidak puasa satu atau dua hari di bulan Rajab”.
Hal ini rupanya sejalan dengan pendapat Imam Asy Syafi’I, beliau
berkata :
“Aku tidak suka jika seseorang berpuasa sebulan penuh seperti dia berpuasa Ramadhan.Alasannya adalah jangan sampai perbuatannya tadi diikuti oleh masyarakat awam (yang jahil) sehingga dikhawatirkan mereka akan menyangka bahwa hal itu hukumnya wajib. Dan akan hilang kemakruhan mengkhususkan Rajab dengan puasa tersebut,jika digabung dengan puasa sunnah lainnya, seperti berpuasa Rajab sebulan penuh dan dilanjutkan dengan puasa Sya’ban. (maka yang demikian tidaklah makruh)”.
Hadist lain yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab,antara lain,
Imam Ath-Thabarani meriwayatkan dari Sa’id bin Rasyid, Rasulullah SAW bersabda,(yang ertinya):
“Barang siapa berpuasa sehari di bulan Rajab, laksana ia puasa
setahun. Bila berpuasa tujuh hari, ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahannam. Bila berpuasa delapan hari, dibukakan untuknya delapan pintu surga. Bila berpuasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya…”
Meski begitu,menurut Imam Suyuthi dalam al-Haawi lil Fataawi,
hampir semua hadist tentang puasa Rajab tersebut berstatus Dha’if (kurang kuat).
Akan tetapi hadits dha’if sebagaimana disepakati Ulama ahli hadits, dapat digunakan untuk memotivasi diri dalam fadhailul A’mal (mengerjakan amal-amal kebajikan),
selagi tidak terlalu berat ke-dha’ifan-nya atau tidak ada
dalam sanadnya seorang rawi yang suka berdusta atau dituduh suka berdusta.
Ada lagi satu amalan yang hendaknya kita ikuti dari Rasulullah,
yaitu berdoa di bulan Rejab sebagaimana telah beliau ajarkan.
Dari sahabat Anas bin Malik dia berkata, Rasulullah Saw jika telah memasuki bulan Rejab beliau banyak berdoa:
Allahumma baarik lana fii Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan (yang ertinya :
"Ya Allah berikanlah
keberkahan buat kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan
Ramadhan."
Allahumma baarik lana fii Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan..
“Ya Allah,berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”.
(HR. Imam Ahmad,dari Anas bin Malik)